BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang
Hernia terlihat sebagai suatu tonjolan yang hilang timbul lateral
terhadap tuberkulum pubikum, tonjolan timbul apabila pasien menangis, mengejan,
atau berdiri dan biasanya menghilang secara spontan bila pasien dalam keadaan
istirahat atau terlentang. Insiden hernia pada populasi umum adalah 1%, dan
pada bayi prematur 5%. Laki-laki paling sering terkena (85% kasus). Setengah
dari kasus-kasus hernia inguinalis selama kanak-kanak terjadi pada bayi di
bawah 6 bulan. Hernia pada sisi kanan lebih sering daripada sisi kiri (2: 1).
25% pasien menderita hernia bilateral. Sedangkan insiden tertinggi adalah pada
masa bayi 9 lebih dari 50%), selebihnya terdapat pada anak-anak yang berusia
kurang dari 5 tahun. Oleh karena itu perlu kiranya mengetahui bagaimana
penyakit tersebut sehingga dapat diputuskan tindakan secara tepat, apalagi
insiden yang terjadi pada anak-anak, maka sangat diperlukan suatu tindakan
secara dini dan tepat.
b.
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui konsep penyakit Hernia
2.
Mengatahui konsep keperawatan penyakit hernia
3.
Mengetahui evaluasi
BAB II
ISI
a. Konsep Penyakit
1. Definisi
Hernia (burut) adalah penonjolan
abnormal dari suatu viscus ke luar dari rongga yang normal. Viscus adalah
berbagai organ interior besar yang terdapat dalam rongga tubuh yang besar
khususnya di abdomen. Cincin hernia adalah cincin dari jaringan muskuler
(terbuka) melalui dimana viscus menonjol. Pembukaan dari dinding rongga dimana
viscus menonjol mungkin bervariasi ukurannya dan mungkin congenital atau didapat.
Penonjolan dari viscus mungkin intermitten atau terus menerus, tergantung dari
jenis dan beratnya hernia. Walaupun istilah ini mungkin dipakai pada berbagai
bagian tubuh (misalnya hernia diskus intervertebral, hernia cerebral, umumnya
mengarah pada penonjolan suatu viskus abdomen dari rongga abdomen.
2. Etilogi
Terdapat bermacam – macam faktor
penyebab dari hernia, secara garis besar dibagi atas :
a.
Kongenital.
1.
Hernia kongenital sempurna : Bayi sudah menderita
hernia sejak lahir karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu.
2.
Hernia kongenital tidak sempurna : Bayi dilahirkan
normal (kelainan belum tampak) tetapi ia mempunyai defek pada tempat-tempat
tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah lahir akan
terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan
intraabdominal (mengejan, batuk, menangis)6.
b.
Aquisital (didapat) : Adalah hernia yang bukan
disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi disebabkan oleh faktor lain yang
dialami manusia selama hidupnya, antara lain :
1.
Tekanan intraabdominal yang tinggi : Banyak dialami
oleh pasien yang sering mengejan baik saat BAB maupun BAK. Misalnya pada pasien
BPH, batu uretra, konstipasi, penderita batuk kronis, partus, asites, dll.
2.
Konstitusi tubuh : Orang kurus cenderung terkena
hernia karena jaringa ikatnya yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga
dapat terkena hernia karena banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang
menambah beban kerja jaringan ikat penyokong pada LMR.
3.
Banyaknya preperitoneal fat (lemak pada
peritoneal) : Banyak terjadi pada orang gemuk.
4.
Distensi dinding abdomen : Karena peningkatan tekanan
intrabdominal.
c. Faktor
Predisposisi
Faktor
penyebab lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas dan degenerasi jaringan
ikat karena usia lanjut.
Ada factor
predisposisi :
1.
Kelemahan struktur aponeurosis dan fascia tranversa
2.
Pada orang tua
karena degenerasi/atropi
3.
Tekanan intra
abdomen meningkat
4.
Pekerjaan mengangkat benda-benda berat
5.
Batuk kronik
6.
Gangguan BAB, missal struktur ani, feses keras
7.
Gangguan BAK, mis: BPH, veskolitiasis
8.
Sering melahirkan: hernia femoralis
(karisyogya.blog.m3- access.com).
3. Tanda dan Gejala
Keluhan dan tanda klinik yang timbul
bergantung pada keadaan isi hernia, ada tidaknya perlekatan, maupun komplikasi
yang telah terjadi. Pada hernia reponibel, keluhan yang timbul hanya berupa
benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri/batuk/bersin/mengejan,
dan menghilang setelah berbaring.
Keluhan nyeri pada hernia ini
jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah epigastrium atau para
umbilical berupa nyeri visceral akibat regangan pada mesenterium sewaktu satu
segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia. Bila telah timbul inkarserasi
atau strangulasi, dapat timbul nyeri yang hebat dan keluhan mual – muntah.
1.
Hernia reponible tanda dan gejalanya:
a.
Pasien merasa tidak enak di tempat penonjolan
b.
Ada penonjolan di salah satu lokasi abdomen misalnya
inguinal, femoralis dan lain-lain. Benjolan timbul saat mengejan BAB,
mengangkat beban berat ataupun saat aktivitas berat dan hilang pada waktu
istirahat baring.
c.
Kadang-kadang perut kembung.
d.
Apabila terjadi
perlengketan pada kantung hernia dan isi hernia maka tidak dapat dimasukkan
lagi (ireponibel
2.
Hernia inkarserata, tanda dan gejalanya :
a.
Adanya gambaran obstruksi usus dimana pasien mengalami
obstipasi, muntah, tidak flatus, perut kembung dan dehidrasi.
b.
Terjadi gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan
asam basa.
c.
Bila lelah terjadi strangulasi.
d.
Pasien mengalami nyeri hebat di daerah hernia, dimana
nyeri menetap karena rangsangan peritoneum. Pada pemeriksaan local
ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan lagi diserta nyeri tekan
dan tergantung keadaan isi hernia.
e.
Dapat dijumpai
tanda peritonitis atau terjadi abses local, keadaan ini merupakan keadaan gawat
darurat dan memerlukan pertolongan segera.
4. Klasifikasi
Banyak
sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia menurut macam, sifat dan proses
terjadinya. Berikut ini penjelasannya :
Macam-macam
hernia :
a . Macam-macam hernia
ini di dasarkan menurut letaknya,seperti
1.
Inguinalis. Hernia inguinal ini dibagi
lagi menjadi :
a.
Indirek / lateralis: Hernia ini terjadi
melalui cincin inguinalis dan melewati korda spermatikus melalui kanalis
inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria dari pada wanita. Insidennya tinggi
pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering
turun ke skrotum. Umumnya pasien mengatakan turun berok, burut atau kelingsir
atau mengatakan adanya benjolan di selangkangan/kemaluan. Benjolan tersebut
bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan atau
mengangkat benda berate tau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali.
b.
Direk / medialis: Hernia ini melewati dinding
abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis
dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk
secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi kongenital.
Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna
sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau
mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka
hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus
spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Padapasien terlihat adanya massa
bundar pada annulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur.
Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali
menjadi ireponibilis.
2. Femoralis : Hernia
femoralis terjadi melalui cincin femoraldan lebih umum pada wanita dari
pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang
membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat
dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari
inkarseratadan strangulasi dengan tipe hernia ini.
3. Umbilikal : Hernia
umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita
multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah
sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca operasi seperti
infeksi,nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan.
4. Incisional : batang
usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.
b . Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas
:
1.
Hernia bawaan
atau kongenital
Patogenesa pada
jenis hernia inguinalis lateralis (indirek):Kanalis inguinalis adalah kanal
yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus
testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik
peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang
disebut dengan prosesus vaginalisperitonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya
prosesusini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga peruttidak dapat
melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup.
Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan
lebihsering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga
terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia
2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan
timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut
telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut
dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
2. Hernia dapatan atau
akuisita (acquisitus = didapat): yakni hernia yang timbul karena berbagai faktor pemicu.
C. Menurut sifatnya, hernia dapat disebut :
1. Hernia
reponibel/reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak
ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel,
yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri tonium kantong
hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus =perlekatan karena
fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3. Hernia strangulata
atau inkarserata (incarceratio =terperangkap, carcer = penjara), yaitu bila isi
hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi kantong
terperangkap, tidak dapat kembali ke dalamr rongga perut disertai akibatnya
yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia
inkarserata” lebih di maksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase,
sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai “hernia strangulata”. Hernia
strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak
mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan
keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera.
5.
Patofisiologi
Hernia
berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan
pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk
yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal,
tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan
suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak
cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi
dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan.
Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal,
kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu saja melakukan
pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah
penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya
menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan
jika suplai darah terganggu maka berbahaya dandapat menyebabkan ganggren.
6. Manisfestasi klinis
a. Berupa
benjolan keluar masuk/keras.
b. Adanya
rasa nyeri pada daerah benjolan.
c. Terdapat
gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
d. Terdapat
keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi kandung.
7. Penatalaksanaan medis
1. Terapi konservatif : sambil
menunggu untuk dilakukan terapi operatif. Terapi konservatif berupa alat penyangga dapat
dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset pada hernia
ventralis sedangkan pada hernia inguinalis pemakaiannya tidak dianjurkan karena
selain tidak dapat menyembuhkan alat ini dapat melemahkan otot dinding perut.
a. Reposisi : Tindakan memasukkan kembali isi hernia
ke tempatnya semula secara hati-hati dengan tindakan yang lembut tetapi pasti.
Tindakan ini hanya dapat dilakukan pada hernia reponibilis dengan menggunkan
kedua tangan. Tangan yang satu melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang
lain memasukkan isi hernia melalui leher hernia tadi. Tindakan ini terkadang
dilakukan pada hernia irreponibilis apabila pasien takut dioperasi, yaitu
dengan cara : bagian hernia dikompres dingin, penderita diberi penenang valium
10 mg agar tertidur, pasien diposisikan Trendelenberg. Jika reposisi tidak
berhasil jangan dipaksa, segera lakukan operasi.
b. Suntikan :
Setelah reposisi berhasil suntikan zat yang bersifat sklerotik untuk
memperkecil pintu hernia.
c. Sabuk Hernia : digunakan pada pasien yang menolak
operasi dan pintu hernia relative kecil.
2. Terapi operatif : Pengobatan
operatif merupakan satu-satunya
pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada
begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari
herniotomi dan hernioplasti.
a. Herniotomi : Dilakukan pembebasan kantong hernia
sampai kelehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin
lalu dipotong.
b. Hernioplasti : Dilakukan tindakan memperkecil
annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
8. Komplikasi
- Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan
dinding kantung hernia sehingga isi kantung hernia tidak dapat
dikembalikan lagi, keadaan ini disebut hernia ingunalis lateralis
ireponibins pada keadaan ini belum gangguan penyaluran isi usus, isi
hernia yang menyebabkan ireponibilis adalah omentum, karena mudah
melekat pada dinding hernia.
- Terjadi tekanan terhadap cincin hernia, akibat
makin benyaknya usus yang masuk cincin hernia relatif semakin sempit dan
menimbulkan gangguan isi perut, ini dsebut hernia inguinalis lateralis
inkarserata.
- Bila hernia dibiarkan maka akan timbul edema
dan terjadi penekanan pembuluh darah sehingga terjadi nekrosis keadaan ini
disebut hernia ingunalis lateralis stranggulasi, terjadi karena usus
berputar (melintar) pada keadaan inkarserasi dan stranggulasi maka timbul
gejala illeusmuntah, kembung dan obstipasi pada stranggulasi nyeri hebat
daerah tonjolan menjadi lebih merah dan penderita sangat gelisah.
9.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien
hernia adalah :
a. Lab darah :
hematology rutin, BUN, kreatinin dan elektrolit darah.
b. Radiologi,
foto abdomen dengan kontras barium, flouroskopi.
10. Prognosa
Prognosis untuk perbaikan hernia
umumnya baik dengan diagnosis dan perbaikan. Prognosis tergantung pada jenis
dan ukuran hernia juga pada kemampuan untuk mengurangi faktor risiko yang
berkaitan dengan perkembangan hernia.
Usia yang lebih tua, lebih lama
hernia, dan lebih lama irreducibility dianggap faktor risiko komplikasi akut
seperti pencekikan dan obstruksi usus. Sekitar 5% dari primer perbaikan hernia
inguinalis dilaksanakan sebagai keadaan darurat.
Hernia perut biasanya tidak terulang
pada anak-anak. Mereka muncul kembali, namun, pada sekitar 10 persen orang
dewasa. Bedah dianggap satu-satunya obat. Bedah untuk recurrance hernia kurang
berhasil dibandingkan dengan operasi pertama.
Jika didiagnosis awal masa
kanak-kanak, prognosis untuk anak-anak yang telah mengalami operasi hernia
inguinalis diperbaiki sangat baik. Kadang-kadang ada komplikasi berhubungan
dengan hernia inguinalis termasuk kematian, tetapi ini jarang terjadi, terjadi
paling sering pada anak yang didiagnosis kemudian pada masa kanak-kanak atau yang
hernia yang tercekik.
b. Konsep
Keperawatan
1.
Pengkajian
Pengkajian
pasien Post operatif (Doenges, 1999) adalah meliputi :
1.
Sirkulasi
Gejala
: riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular
perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
2.
Integritas ego
Gejala :
perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress
multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda :
tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang
; stimulasi simpatis.
3.
Makanan / cairan
Gejala :
insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk
Hipoglikemi
/ketoasidosis); malnutrisi (termasuk obesitas); membrane mukosa yang kering
(pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).
4.
Pernapasan
Gejala :
infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5.
Keamanan
Gejala :
alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ;
Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan
penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga
tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek
dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat
transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda :
menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6.
Penyuluhan /
Pembelajaran
Gejala :
pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi,
kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan,
analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang
dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan
kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan
juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi)
2. Diagnosa
Keperawatan yang sering muncul
1. Periode
pra-operatif (Doenges, 1999)
Nyeri behubungan dengan adanya otot tegang dan respon otomatis.
2. Periode
post-operatif (Doenges, 1999).
1.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi.
2.
Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi
bedah/operasi.
3.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post
operasi.
4.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum.
3.
Perencanaan dan implementasi
1.
Diagnosa periode pra-operatif (Doenges, 1999)
a.
Nyeri behubungan dengan adanya otot tegang dan respon
otomatis
Tujuan :
klien melaporkan nyeri hilang / terkontrol, tampak rileks, mampu tidur /
istirahat dengan tepat.
Intervensi
1.
Kaji nyeri, catat lokasi nyeri, karakteristik,
beratnya (skala 0-Rasional : berguna dalam pengawasan keefektifan obat &
kemajuan penyembuhan.
2.
Pertahankan
istirahat dengan posisi semi fowler
Rasional :
Grafitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau felvis,
menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang.
3.
Dorong ambulasi dini
Rasional :
meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh: merangsang peristaltik &
kelancaran flatus & menurunkan ketidaknyamanan abdomen.
4.
Berikan aktivitas hiburan
Rasional :
fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi & dapat meningkatkan
kemampuan koping.
5.
Kolaborasi : Pertahankan puasa
Rasional :
menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltik usus dini dan iritasi
gaster/muntah.
6.
Klaborasi : berikan analgesik sesuai indikasi.
Rasional :
menghilangkan nyeri , mempermudah kerja sama dengan intervensi terapi lain.
b.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan muntah dan puasa.
Tujuan :
Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembapan membran mukosa,
turgor kulit baik, standart Vital stabil, & secara individual
haluaran urine yang adekuat.
Intervensi
1.
Observasi Vital sign
Rasional :
tanda yang membantu mengetahui tindakan keperawatan selanjutnya.
2.
Lihat membran mukosa : kaji turgor kulit dan pengisian
kapiler
Rasional :
Indikator keadekuatan sirkulasi, perifer & hidrasi seluler.
3.
Awasi masukan & haluaran : Catat warna urine,
konsentrasi & berat jenis
Rasional :
penurunan haluaran urin pekat dengan peningkatan berat jenis, diduga dehidrasi
/ kebutuhan peningkatan cairan
4.
Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus &
gerakan usus
Rasional :
indikator kembalinya peristaltik, kesiapan untuk pemasukan peroral.
5.
Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukkan
peroral dimulai, dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi.
Rasional :
menurunkan iritasi gaster/muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan.
6.
Berikan perawatan mulut sering & perhatian khusus
pada perlindungan bibir
Rasional :
dehidrasi mengakibatkan bibir & mulut kering & pecah-pecah
7.
Kolaborasi : berikan cairan IV dan elektrolit
Rasional :
peritonium bereaksi terhadap iritasi / infeksi dengan menghasilkan sejumlah
besar cairan yang dapat menurunkan volume sirkulasi darah, mengakibatkan
hipovolemia.
c.
Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan :
mendemonstrasikan pemeliharaan/ kemajuan penambahan berat badan yang di
inginkan dengan normalisasi nilai Laboratorium & tak ada tanda-tanda
Malnutrisi.
Intervensi
1.
Timbang BB sesuai indikasi, Catat masukan &
haluaran
Rasional :
mengidentifikasi status cairan, serta memastikan kebutuhan metabolik
2.
Auskultasi bising usus, palpasi abdomen
Rasional :
Menentukan kembalinya peristaltik (biasanya dalam 2 – 4 hari)
3.
Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan diet dari pesien.
Anjurkan pilihan makanan tinggi protein & vitamin C.
Rasional :
meningkatkan kerjasama pasien, dengan aturan diet protein/Vit C adalah
kontributor utama untuk pemeliharaan jaringan & perbaikkan. Malnutrisi
adalah faktor dalam menurunkan pertahanan terhadap infeksi
4.
Observasi terhadap terjadinya diare, makanan bau busuk
& berminyak
Rasional :
sindrom malabsorbsi dapat terjadi setelah pembedahan usus halus memerlukan
evaluasi lanjutan & perubahan diet
5.
Kolaborasi : Berikan cairan IV misalnya Albumin, lipid
dan elektrolit.
Rasional :
memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. Inflamasi usus, erosi mukosa,
infeksi atau neoplasma dapat menimbulkan anemia atau malabsorbsi, menurunkan
pengiriman nutrien pada tingkat seluler.
Memberikan
obat-obat sesuai indikasi. Antimetik, mis ploklorparazin
Rasional :
mencegah muntah.
d.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi dan perubahan status kesehatan.
Tujuan :
menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan & potensial komlikasi.
Berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi
1.
Kaji tingkat pemahaman proses penyakit,
harapan/prognosis dan kemungkinan pilihan pengobatan.
Rasioanal: mengidentifikasi
area kekurangan pengetahuan/ salah informasi & memberikan kesempatan untuk
memberikan informasi tambahan sesuai keperluan.
2.
Berikan informasi khusus tentang pencegahan penyakit
Rasional :
klien dan keluarga dapat memahami cara pencegahan penyakit guna untuk
pengetahuan lebih lanjut.
3.
Tekankan pentingnya mengevaluasi pemeriksaan fisik &
laboratorium.
Rasional :
untuk mengetahui keadaan umum pasien.
4.
Berikan kesempatan klien & keluarga untuk bertanya
apabila ada yang kurang dipahami
Rasional :
untuk mengetahui tingkat pemahaman klien tentang penyakitnya.
5.
Berikan respon yang baik jika klien dan keluarga
menjawab pertanyaan dengan benar
Rasional :
menanbah percaya diri & memotivasi klien.
2.
Diagnosa periode post-operatif (Doenges, 1999).
1.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi.
Tujuan :
Nyeri hilang atau berkurang.
Kriteria
Hasil : a. klien mengungkapkan rasa
nyeri berkurang
b. tanda-tanda vital normal
c. pasien tampak tenang dan rileks
Intervensi
1.
pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri
Rasional :
Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
2.
Anjurkan klien istirahat ditempat tidur
Rasional :
istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri
3.
Atur posisi pasien senyaman mungkin
Rasional :
posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta
mengurangi nyeri.
4.
Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
Rasional :
relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman.
5.
Kolaborasi untuk pemberian analgetik
Rasional :
analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.
2.
Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka
insisi bedah/operasi.
Tujuan :
tidak ada infeksi.
Kriteria
hasil : a. tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
b. luka bersih
tidak lembab dan kotor.
c. Tanda-tanda vital normal.
Intervensi
1.
Pantau tanda-tanda vital.
Rasional :
Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan adanya gejala infeksi
karena tubuh berusaha intuk melawan mikroorganisme asing yang masuk maka
terjadi peningkatan tanda vital.
2.
Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
Rasional :
perawatan luka dengan teknik aseptik mencegah risiko infeksi.
3.
Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti
infus, kateter, drainase luka, dll.
Rasional :
untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
4.
Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk
pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.
Rasional :
penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal membuktikan adanya
tanda-tanda infeksi.
5.
Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional :
antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.
3.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post
operasi.
Tujuan :
pasien dapat tidur dengan nyaman
Kriteria
hasil : a. pasien mengungkapkan
kemampuan untuk tidur.
b. pasien tidak merasa lelah ketika
bangun tidur
c. kualitas dan kuantitas tidur
normal
Intervensi
1.
Mandiri
1.
Berikan kesempatan untuk beristirahat/tidur sejenak,
anjurkan latihan pada siang hari, turunkan aktivitas mental/ fisik pada sore
hari.
Rasional :
Karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat
mengakibatkan kebingungan, aktivitas yang terprogram tanpa stimulasi berlebihan
yang meningkatkan waktu tidur.
2.
Hindari penggunaan ”Pengikatan” secara terus menerus
Rasional : Risiko
gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan menghambat waktu istirahat.
3.
Evaluasi tingkat stres / orientasi sesuai perkembangan
hari demi hari.
Rasional :
Peningkatan kebingungan, disorientasi dan tingkah laku yang tidak kooperatif
(sindrom sundowner) dapat melanggar pola tidur yang mencapai tidur pulas.
4.
Lengkapi jadwal tidur dan ritoal secara teratur.
Katakan pada pasien bahwa saat ini adalah waktu untuk tidur.
Rasional : Pengatan
bahwa saatnya tidur dan mempertahankan kestabilan lingkungan. Catatan: Penundaan
waktu tidur mungkin diindikasikan untuk memungkin pasien membuang kelebihan
energi dan memfasilitas tidur.
5.
Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi
dan masase punggung.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dengan perasan
mengantuk
6.
Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih
sebelum tidur.
Rasional :
Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi kekamar mandi/berkemih selama
malam hari.
7.
Putarkan musik yang lembut atau ”suara yang jernih”
Rasional :
Menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara-suara lain dari lingkungan
sekitar yang akan menghambat tidur nyeyak.
2.
Kolaborasi
1.
Berikan obat sesuai indikasi : Antidepresi, seperti
amitriptilin (Elavil); deksepin (Senequan) dan trasolon (Desyrel).
Rasional :
Mungkin efektif dalam menangani pseudodimensia atau depresi, meningkatkan
kemampuan untuk tidur, tetapi anti kolinergik dapat mencetuskan dan memperburuk
kognitif dalam efek samping tertentu (seperti hipotensi ortostatik) yang
membatasi manfaat yang maksimal.
2.
Koral hidrat; oksazepam (Serax); triazolam (Halcion).
Rasional :
Gunakan dengan hemat, hipnotik dosis rendah mungkin efektif dalam mengatasi
insomia atau sindrom sundowner.
3.
Hindari penggunaan difenhidramin (Benadry1).
Rasional :
Bila digunakan untuk tidur, obat ini sekarang dikontraindikasikan karena obat
ini mempengaruhi produksi asetilkon yang sudah dihambat dalam otak pasien
dengan DAT ini.
4.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum.
Tujuan :
klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.
Kriteria hasil : a. perilaku menampakan kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan diri.
b. pasien
mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
c. Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak
Intervensi
1.
Rencanakan periode istirahat yang cukup.
Rasional : mengurangi
aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk
aktivitas seperlunya secar optimal.
2.
Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
Rasional :
tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan
menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
3.
Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai
kebutuhan.
Rasional : mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.
Rasional : mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.
4.
Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.
Rasional : menjaga
kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan:
a.
Hernia (burut) adalah penonjolan abnormal dari suatu
viscus ke luar dari rongga yang normal. Viscus adalah berbagai organ interior
besar yang terdapat dalam rongga tubuh yang besar khususnya di abdomen. Cincin
hernia adalah cincin dari jaringan muskuler (terbuka) melalui dimana viscus
menonjol.
b.
Faktor penyebab dari hernia, secara garis besar dibagi
atas :
1.
Kongenital.
2.
Aquisital (didapat).
2. Saran
a. Untuk
mahasiswa-mahasiswi
Semoga
dengan adanya tugas ini mahasiswa lebih giat lagi belajar.
b. Untuk
dosen
Semoga
dosen tidak pernah bosan mengajari kami terutama pembuatam penyimpangan KDM.
Celana Hernia
BalasHapusCelana Hernia Dewasa
Celana Hernia Anak
Celana Hernia Wanita
Obat Hernia
Terima kasih untuk berbagi informasi , informasi itu sangat informatif dan membantu
BalasHapusOBAT HERNIA
OBAT HERNIA
BalasHapusterima kasih infonya, sangat bermanfaat
oh ya terimakasih banget infonya dan juga artikelnya bagus mudah dipahami Obat Herbal Asam Urat
BalasHapus