Rabu, 11 Januari 2012

ASKEP HERNIA


BAB I
PENDAHULUAN

a.      Latar Belakang
Hernia terlihat sebagai suatu tonjolan yang hilang timbul lateral terhadap tuberkulum pubikum, tonjolan timbul apabila pasien menangis, mengejan, atau berdiri dan biasanya menghilang secara spontan bila pasien dalam keadaan istirahat atau terlentang. Insiden hernia pada populasi umum adalah 1%, dan pada bayi prematur 5%. Laki-laki paling sering terkena (85% kasus). Setengah dari kasus-kasus hernia inguinalis selama kanak-kanak terjadi pada bayi di bawah 6 bulan. Hernia pada sisi kanan lebih sering daripada sisi kiri (2: 1). 25% pasien menderita hernia bilateral. Sedangkan insiden tertinggi adalah pada masa bayi 9 lebih dari 50%), selebihnya terdapat pada anak-anak yang berusia kurang dari 5 tahun. Oleh karena itu perlu kiranya mengetahui bagaimana penyakit tersebut sehingga dapat diputuskan tindakan secara tepat, apalagi insiden yang terjadi pada anak-anak, maka sangat diperlukan suatu tindakan secara dini dan tepat.
b.      Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui konsep penyakit Hernia
2.      Mengatahui konsep keperawatan penyakit hernia
3.      Mengetahui evaluasi



BAB II
ISI

a.      Konsep Penyakit
1.      Definisi    
      Hernia (burut) adalah penonjolan abnormal dari suatu viscus ke luar dari rongga yang normal. Viscus adalah berbagai organ interior besar yang terdapat dalam rongga tubuh yang besar khususnya di abdomen. Cincin hernia adalah cincin dari jaringan muskuler (terbuka) melalui dimana viscus menonjol. Pembukaan dari dinding rongga dimana viscus menonjol mungkin bervariasi ukurannya dan mungkin congenital atau didapat. Penonjolan dari viscus mungkin intermitten atau terus menerus, tergantung dari jenis dan beratnya hernia. Walaupun istilah ini mungkin dipakai pada berbagai bagian tubuh (misalnya hernia diskus intervertebral, hernia cerebral, umumnya mengarah pada penonjolan suatu viskus abdomen dari rongga abdomen.
2.      Etilogi
      Terdapat bermacam – macam faktor penyebab dari hernia, secara garis besar dibagi atas :
a.       Kongenital.
1.   Hernia kongenital sempurna : Bayi sudah menderita hernia sejak lahir karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu.
2.   Hernia kongenital tidak sempurna : Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tetapi ia mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis)6.
b.      Aquisital (didapat) : Adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara lain :
1.   Tekanan intraabdominal yang tinggi : Banyak dialami oleh pasien yang sering mengejan baik saat BAB maupun BAK. Misalnya pada pasien BPH, batu uretra, konstipasi, penderita batuk kronis, partus, asites, dll.
2.   Konstitusi tubuh : Orang kurus cenderung terkena hernia karena jaringa ikatnya yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja jaringan ikat penyokong pada LMR.
3.   Banyaknya preperitoneal fat (lemak pada peritoneal) : Banyak terjadi pada orang gemuk.
4.   Distensi dinding abdomen : Karena peningkatan tekanan intrabdominal.
c. Faktor Predisposisi
Faktor penyebab lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut.
Ada factor predisposisi :
1.   Kelemahan struktur aponeurosis dan fascia tranversa
2.    Pada orang tua karena degenerasi/atropi
3.    Tekanan intra abdomen meningkat
4.    Pekerjaan mengangkat benda-benda berat
5.    Batuk kronik
6.   Gangguan BAB, missal struktur ani, feses keras
7.   Gangguan BAK, mis: BPH, veskolitiasis
8.   Sering melahirkan: hernia femoralis (karisyogya.blog.m3- access.com).
3.      Tanda dan Gejala
      Keluhan dan tanda klinik yang timbul bergantung pada keadaan isi hernia, ada tidaknya perlekatan, maupun komplikasi yang telah terjadi. Pada hernia reponibel, keluhan yang timbul hanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri/batuk/bersin/mengejan, dan menghilang setelah berbaring.
      Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah epigastrium atau para umbilical berupa nyeri visceral akibat regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia. Bila telah timbul inkarserasi atau strangulasi, dapat timbul nyeri yang hebat dan keluhan mual – muntah.
1.      Hernia reponible tanda dan gejalanya:
a.       Pasien merasa tidak enak di tempat penonjolan
b.      Ada penonjolan di salah satu lokasi abdomen misalnya inguinal, femoralis dan lain-lain. Benjolan timbul saat mengejan BAB, mengangkat beban berat ataupun saat aktivitas berat dan hilang pada waktu istirahat baring.
c.       Kadang-kadang perut kembung.
d.       Apabila terjadi perlengketan pada kantung hernia dan isi hernia maka tidak dapat dimasukkan lagi (ireponibel
2.      Hernia inkarserata, tanda dan gejalanya :
a.       Adanya gambaran obstruksi usus dimana pasien mengalami obstipasi, muntah, tidak flatus, perut kembung dan dehidrasi.
b.      Terjadi gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa.
c.       Bila lelah terjadi strangulasi.
d.      Pasien mengalami nyeri hebat di daerah hernia, dimana nyeri menetap karena rangsangan   peritoneum. Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan lagi  diserta nyeri tekan dan tergantung keadaan isi hernia.
e.        Dapat dijumpai tanda peritonitis atau terjadi abses local, keadaan ini merupakan keadaan gawat darurat dan memerlukan pertolongan segera.
4.      Klasifikasi
      Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia menurut macam, sifat dan proses terjadinya. Berikut ini penjelasannya :
Macam-macam hernia :
a . Macam-macam hernia ini di dasarkan menurut letaknya,seperti
1.      Inguinalis. Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi :
a.       Indirek / lateralis: Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria dari pada wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum. Umumnya pasien mengatakan turun berok, burut atau kelingsir atau mengatakan adanya benjolan di selangkangan/kemaluan. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan atau mengangkat benda berate tau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali.
b.       Direk / medialis: Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Padapasien terlihat adanya massa bundar pada annulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis.
2. Femoralis : Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoraldan lebih umum pada wanita dari pada  pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarseratadan strangulasi dengan tipe hernia ini.
3. Umbilikal : Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena  peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena  masalah pasca operasi seperti infeksi,nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan.
4. Incisional : batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.
b . Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas :
1.      Hernia bawaan atau kongenital
Patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek):Kanalis inguinalis adalah kanal  yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalisperitonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesusini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga peruttidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebihsering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
2. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat): yakni hernia yang  timbul karena berbagai  faktor pemicu.
C. Menurut sifatnya, hernia dapat disebut :
1. Hernia reponibel/reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel, yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri tonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus =perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio =terperangkap, carcer = penjara), yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalamr rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih di maksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai “hernia strangulata”. Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera.
5.  Patofisiologi
       Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ  selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dandapat menyebabkan ganggren.
6. Manisfestasi  klinis
a.    Berupa benjolan keluar masuk/keras.
b.    Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan.
c.    Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada    komplikasi.
d.   Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi  kandung.
7. Penatalaksanaan medis
1. Terapi konservatif : sambil menunggu untuk dilakukan terapi operatif.  Terapi konservatif berupa alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset pada hernia ventralis sedangkan pada hernia inguinalis pemakaiannya tidak dianjurkan karena selain tidak dapat menyembuhkan alat ini dapat melemahkan otot dinding perut.
a. Reposisi : Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke tempatnya semula secara hati-hati dengan tindakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya dapat dilakukan pada hernia reponibilis dengan menggunkan kedua tangan. Tangan yang satu melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain memasukkan isi hernia melalui leher hernia tadi. Tindakan ini terkadang dilakukan pada hernia irreponibilis apabila pasien takut dioperasi, yaitu dengan cara : bagian hernia dikompres dingin, penderita diberi penenang valium 10 mg agar tertidur, pasien diposisikan Trendelenberg. Jika reposisi tidak berhasil jangan dipaksa, segera lakukan operasi.
 b. Suntikan : Setelah reposisi berhasil suntikan zat yang bersifat sklerotik untuk memperkecil pintu hernia.
c. Sabuk Hernia : digunakan pada pasien yang menolak operasi dan pintu hernia relative kecil.
2. Terapi operatif : Pengobatan operatif merupakan satu-satunya  pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
a. Herniotomi : Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
b. Hernioplasti : Dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
8. Komplikasi
Akibat dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
  1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantung hernia sehingga isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan lagi, keadaan ini disebut hernia ingunalis lateralis ireponibins pada keadaan ini belum gangguan penyaluran isi usus, isi hernia yang menyebabkan ireponibilis adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia.
  2. Terjadi tekanan terhadap cincin hernia, akibat makin benyaknya usus yang masuk cincin hernia relatif semakin sempit dan menimbulkan gangguan isi perut, ini dsebut hernia inguinalis lateralis inkarserata.
  3. Bila hernia dibiarkan maka akan timbul edema dan terjadi penekanan pembuluh darah sehingga terjadi nekrosis keadaan ini disebut hernia ingunalis lateralis stranggulasi, terjadi karena usus berputar (melintar) pada keadaan inkarserasi dan stranggulasi maka timbul gejala illeusmuntah, kembung dan obstipasi pada stranggulasi nyeri hebat daerah tonjolan menjadi lebih merah dan penderita sangat gelisah.
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien hernia adalah :
a.       Lab darah : hematology rutin, BUN, kreatinin dan elektrolit darah.
b.      Radiologi, foto abdomen dengan kontras barium, flouroskopi.

10.  Prognosa
Prognosis untuk perbaikan hernia umumnya baik dengan diagnosis dan perbaikan. Prognosis tergantung pada jenis dan ukuran hernia juga pada kemampuan untuk mengurangi faktor risiko yang berkaitan dengan perkembangan hernia.
Usia yang lebih tua, lebih lama hernia, dan lebih lama irreducibility dianggap faktor risiko komplikasi akut seperti pencekikan dan obstruksi usus. Sekitar 5% dari primer perbaikan hernia inguinalis dilaksanakan sebagai keadaan darurat.
Hernia perut biasanya tidak terulang pada anak-anak. Mereka muncul kembali, namun, pada sekitar 10 persen orang dewasa. Bedah dianggap satu-satunya obat. Bedah untuk recurrance hernia kurang berhasil dibandingkan dengan operasi pertama.
Jika didiagnosis awal masa kanak-kanak, prognosis untuk anak-anak yang telah mengalami operasi hernia inguinalis diperbaiki sangat baik. Kadang-kadang ada komplikasi berhubungan dengan hernia inguinalis termasuk kematian, tetapi ini jarang terjadi, terjadi paling sering pada anak yang didiagnosis kemudian pada masa kanak-kanak atau yang hernia yang tercekik.
b. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian  pasien Post operatif   (Doenges, 1999) adalah meliputi :
1.    Sirkulasi
Gejala :    riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
2.    Integritas ego
Gejala :    perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda :     tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.
3.    Makanan / cairan
Gejala :    insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk
Hipoglikemi /ketoasidosis); malnutrisi (termasuk obesitas); membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).
4.     Pernapasan
Gejala :    infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5.    Keamanan
Gejala :    alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi  sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda :     menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6.     Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala :    pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan  ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi)
2. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul                        
1. Periode pra-operatif (Doenges, 1999)
Nyeri behubungan dengan adanya otot tegang dan respon otomatis.
2. Periode post-operatif (Doenges, 1999).
1.    Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi.
2.    Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
3.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
4.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
3.      Perencanaan dan implementasi
1.      Diagnosa periode pra-operatif (Doenges, 1999)
a.       Nyeri behubungan dengan adanya otot tegang dan respon otomatis
Tujuan : klien melaporkan nyeri hilang / terkontrol, tampak rileks, mampu tidur / istirahat dengan tepat.
Intervensi
1.      Kaji nyeri, catat lokasi nyeri, karakteristik, beratnya (skala 0-Rasional : berguna dalam pengawasan keefektifan obat & kemajuan penyembuhan.
2.       Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler
Rasional : Grafitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau felvis, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang.
3.      Dorong ambulasi dini
Rasional : meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh: merangsang peristaltik & kelancaran flatus & menurunkan ketidaknyamanan abdomen.
4.      Berikan aktivitas hiburan
Rasional : fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi & dapat meningkatkan kemampuan koping.
5.      Kolaborasi : Pertahankan puasa
Rasional : menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltik usus dini dan iritasi gaster/muntah.
6.      Klaborasi : berikan analgesik sesuai indikasi.
Rasional : menghilangkan nyeri , mempermudah kerja sama dengan intervensi terapi lain.
b.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan puasa.
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembapan membran mukosa, turgor kulit baik, standart Vital  stabil, & secara individual haluaran urine yang adekuat.
Intervensi
1.      Observasi Vital sign
Rasional : tanda yang membantu mengetahui tindakan keperawatan selanjutnya.
2.      Lihat membran mukosa : kaji turgor kulit dan pengisian kapiler
Rasional : Indikator keadekuatan sirkulasi, perifer & hidrasi seluler.
3.      Awasi masukan & haluaran : Catat warna urine, konsentrasi & berat jenis
Rasional : penurunan haluaran urin pekat dengan peningkatan berat jenis, diduga dehidrasi / kebutuhan peningkatan cairan
4.      Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus & gerakan usus
Rasional : indikator kembalinya peristaltik, kesiapan untuk pemasukan peroral.
5.      Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukkan peroral dimulai, dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi.
Rasional : menurunkan iritasi gaster/muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan.
6.      Berikan perawatan mulut sering & perhatian khusus pada perlindungan bibir
Rasional : dehidrasi mengakibatkan bibir & mulut kering & pecah-pecah
7.      Kolaborasi : berikan cairan IV dan elektrolit
Rasional : peritonium bereaksi terhadap iritasi / infeksi dengan menghasilkan sejumlah besar cairan yang dapat menurunkan volume sirkulasi darah, mengakibatkan hipovolemia.
c.       Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan : mendemonstrasikan pemeliharaan/ kemajuan penambahan berat badan yang di inginkan dengan normalisasi nilai Laboratorium & tak ada tanda-tanda Malnutrisi.
Intervensi
1.      Timbang BB sesuai indikasi, Catat masukan & haluaran
Rasional : mengidentifikasi status cairan, serta memastikan kebutuhan metabolik
2.      Auskultasi bising usus, palpasi abdomen
Rasional : Menentukan kembalinya peristaltik (biasanya dalam 2 – 4 hari)
3.      Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan diet dari pesien. Anjurkan pilihan makanan tinggi protein & vitamin C.
Rasional : meningkatkan kerjasama pasien, dengan aturan diet protein/Vit C adalah kontributor utama untuk pemeliharaan jaringan & perbaikkan. Malnutrisi adalah faktor dalam menurunkan pertahanan terhadap infeksi
4.      Observasi terhadap terjadinya diare, makanan bau busuk & berminyak
Rasional : sindrom malabsorbsi dapat terjadi setelah pembedahan usus halus memerlukan evaluasi lanjutan & perubahan diet
5.      Kolaborasi : Berikan cairan IV misalnya Albumin, lipid dan elektrolit.
Rasional : memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. Inflamasi usus, erosi mukosa, infeksi atau neoplasma dapat menimbulkan anemia atau malabsorbsi, menurunkan pengiriman nutrien pada tingkat seluler.
Memberikan obat-obat sesuai indikasi. Antimetik, mis ploklorparazin
Rasional : mencegah muntah.
d.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dan perubahan status kesehatan.
Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan & potensial komlikasi. Berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi
1.      Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan/prognosis dan kemungkinan pilihan pengobatan.
Rasioanal: mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan/ salah informasi & memberikan kesempatan untuk memberikan informasi tambahan sesuai keperluan.
2.      Berikan informasi khusus tentang pencegahan penyakit
Rasional : klien dan keluarga dapat memahami cara pencegahan penyakit guna untuk pengetahuan lebih lanjut.
3.      Tekankan pentingnya mengevaluasi pemeriksaan fisik & laboratorium.
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien.
4.      Berikan kesempatan klien & keluarga untuk bertanya apabila ada yang kurang dipahami
Rasional : untuk mengetahui tingkat pemahaman klien tentang penyakitnya.
5.      Berikan respon yang baik jika klien dan keluarga menjawab pertanyaan dengan benar
Rasional : menanbah percaya diri & memotivasi klien.
2.      Diagnosa periode post-operatif (Doenges, 1999).
1.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang.
Kriteria Hasil : a.  klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
b. tanda-tanda vital normal
c. pasien tampak tenang dan rileks
Intervensi
1.      pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri
Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
2.      Anjurkan klien istirahat ditempat tidur
Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri
3.      Atur posisi pasien senyaman mungkin
Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
4.      Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman.


5.      Kolaborasi untuk pemberian analgetik
Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.
2.      Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
Tujuan : tidak ada infeksi.
Kriteria hasil : a. tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
 b. luka bersih tidak lembab dan kotor.
c. Tanda-tanda vital normal.
Intervensi
1.      Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan adanya gejala infeksi karena tubuh berusaha intuk melawan mikroorganisme asing yang masuk maka terjadi peningkatan tanda vital.
2.      Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
Rasional : perawatan luka dengan teknik aseptik mencegah risiko infeksi.
3.      Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.
Rasional : untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
4.      Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan  leukosit.
Rasional : penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal membuktikan adanya tanda-tanda infeksi.
5.      Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional : antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.
3.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyaman
Kriteria hasil : a.  pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
 b. pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur
 c. kualitas dan kuantitas tidur normal
Intervensi
1.      Mandiri
1.      Berikan kesempatan untuk beristirahat/tidur sejenak, anjurkan latihan pada siang hari, turunkan aktivitas mental/ fisik pada sore hari.
Rasional : Karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat mengakibatkan kebingungan, aktivitas yang terprogram tanpa stimulasi berlebihan yang meningkatkan waktu tidur.
2.      Hindari penggunaan ”Pengikatan” secara terus menerus
Rasional : Risiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan menghambat waktu istirahat.
3.      Evaluasi tingkat stres / orientasi sesuai perkembangan hari demi hari.
Rasional : Peningkatan kebingungan, disorientasi dan tingkah laku yang tidak kooperatif (sindrom sundowner) dapat melanggar pola tidur yang  mencapai tidur pulas.
4.      Lengkapi jadwal tidur dan ritoal secara teratur. Katakan pada pasien bahwa saat ini adalah waktu untuk tidur.
Rasional : Pengatan bahwa saatnya tidur dan mempertahankan kestabilan lingkungan. Catatan: Penundaan waktu tidur mungkin diindikasikan untuk memungkin pasien membuang kelebihan energi dan memfasilitas tidur.
5.      Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase punggung.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dengan perasan
 mengantuk
6.      Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum tidur.
Rasional : Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi kekamar mandi/berkemih selama malam hari.
7.      Putarkan musik yang lembut atau ”suara yang jernih”
Rasional : Menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara-suara lain dari lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur nyeyak.
2.      Kolaborasi
1.      Berikan obat sesuai indikasi : Antidepresi, seperti amitriptilin (Elavil); deksepin (Senequan) dan trasolon (Desyrel).
Rasional : Mungkin efektif dalam menangani pseudodimensia atau depresi, meningkatkan kemampuan untuk tidur, tetapi anti kolinergik dapat mencetuskan dan memperburuk kognitif dalam efek samping tertentu (seperti hipotensi ortostatik) yang membatasi manfaat yang maksimal.
2.      Koral hidrat; oksazepam (Serax); triazolam (Halcion).
Rasional : Gunakan dengan hemat, hipnotik dosis rendah mungkin efektif dalam mengatasi insomia atau sindrom sundowner.
3.      Hindari penggunaan difenhidramin (Benadry1).
Rasional : Bila digunakan untuk tidur, obat ini sekarang dikontraindikasikan karena obat ini mempengaruhi produksi asetilkon yang sudah dihambat dalam otak pasien dengan DAT ini.
4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.
Kriteria hasil : a. perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
 b. pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
c. Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak
Intervensi
1.      Rencanakan periode istirahat yang cukup.
Rasional : mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.
2.      Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
Rasional : tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
3.      Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
Rasional : mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.
4.      Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.
Rasional : menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.











































BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan:
a.       Hernia (burut) adalah penonjolan abnormal dari suatu viscus ke luar dari rongga yang normal. Viscus adalah berbagai organ interior besar yang terdapat dalam rongga tubuh yang besar khususnya di abdomen. Cincin hernia adalah cincin dari jaringan muskuler (terbuka) melalui dimana viscus menonjol.
b.      Faktor penyebab dari hernia, secara garis besar dibagi atas :
1.      Kongenital.
2.      Aquisital (didapat).
2.      Saran
a.       Untuk mahasiswa-mahasiswi
Semoga dengan adanya tugas ini mahasiswa lebih giat lagi belajar.
b.      Untuk dosen
Semoga dosen tidak pernah bosan mengajari kami terutama pembuatam penyimpangan KDM.




4 komentar: